LINTASRAYA.COM, SAMARINDA – Sri Norma Yunita putuskan gantung raket usai mendapat emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 di Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) lalu.Bermain di Lapangan Universitas Negeri Medan, laga itu dikatakan perempuan yang akrab disapa Eno itu sebagai keterlibatan yang terakhir di PON sebagai atlet hoki.
Berdasarkan keterangannya pada media ini, tahun ini menjadi PON keempatnya. Dia memulai karirnya pada PON XVII/2008 saat Kaltim menjadi tuan rumah.
“Alhamdulillah ini menjadi PON keempat yang saya ikuti mewakili Kaltim, dan terakhir tahun ini saya berlaga. Hasilnya medali emas,” kata Eno, belum lama ini.
Meski berhasil mengawinkan medali, Eno mengingatkan tim untuk tidak tinggi hati, dan tetap merendah.
Karena, dalam tim, kata Eno, selalu diajarkan untuk bersabar, ikhlas, dan bersyukur. Setidaknya hal itu yang harus diterapkan dalam diri seorang atlet.
“Agar semuanya, apa yang dikehendaki bisa segera tercapai. Mudah-mudahan hoki Kaltim kedepannya lebih sukses dan bisa mempertahankan kawin medali emas di PON yang akan datang,” imbuhnya.
Dia menjelaskan pada PON Kaltim 2008, timnya hanya meraih perunggu. Sedangkan tim putra berhasil meraih emas.
Kemudian pada PON XIX di Jawa Barat (Jabar) pada tahun 2016, tim putri tetap di perunggu dan tim putra kembali emas.
Dilanjutkan PON XX di Papua pada 2021, timnya pertama kali dapat medali emas, sedangkan tim putra perak.
“Saat ini alhamdulillah kedua tim mendapatkan emas. Mudah-mudahan selain hoki outdoor, indoor juga mendapatkan medali emas,” jelasnya.
Skip di PON XVII/2012 yang berlangsung di Riau, Eno menjelaskan karena cabor hoki outdoor memang tidak dipertandingkan.
Namun, untuk mendapatkan medali emas, dia menekankan dibutuhkan proses yang tak sebentar. Sebagai senior di cabor ini, Eno menilai permainan dari juniornya sudah sangat baik.
“Juniornya saya harapkan bisa lebih maksimal lagi. Tapi kita sebagai senior tetap akan mengawal mereka untuk tetap berprestasi,” imbuhnya.
“InshaAllah setelah pensiun ini, saya tetap fokus dalam kepengurusan. Tapi saat kita dipanggil sebagai asisten pelatih atau khusus staf, saya siap,” lanjutnya.
Meski debut pada PON di Kaltim 2008 lalu, diakui Eno fokusnya di hoki sudah dimulai sejak 1999-2000, saat dibangku kuliah.
Kemudian di tahun 2000 dia mulai benar-benar aktif di dunia hoki. Ada atau tidaknya kejuaraan, Eno tetap konsisten untuk latihan.
“Dan diusia 43 tahun ini, alhamdulillah memberikan yang terbaik untuk Kaltim. Saya syukuri dengan di hoki, saya juga hoki. Mulai dari pekerjaan, keluarga dan lainnya,” tegasnya.
Diketahui saat ini Eno sudah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Samarinda.
Tak disebutkan tahun awal karirnya sebagai PNS, namun pertama kali dia bertugas sebagai guru olahraga di salah satu sekolah negeri di Kabupaten Panajam Paser Utara (PPU).
Kemudian dia dimutasi ke Samarinda karena harus mengikuti suami. Tapi, ini menjadi keberuntungan, karena dia bisa langsung fokus untuk berlatih, dia ditempatkan di SMPN 40 Samarinda.
Kendati memutuskan pensiun sebagai atlet, Eno menegaskan tetap ingin terlibat dalam hoki Kaltim pada even-even mendatang.
“Tapi saya inshaAllah siap untuk membantu hoki Kaltim di even-even yang akan datang,” pungkasnya.
Kepala Bidang (Kabid) Peningkatan Prestasi Olahraga (PPO) Dispora Kaltim, Rasman Rading menuturkan pensiun di dunia olahraga memang sering terjadi, dia juga meminta cabor menyiapkan pelapis.
“Cabor di kabupaten/kota harus membantu dalam menyiapkan pelapis generasi muda, untuk kemudian bisa kembali dilatih menyambut event nasional dan internasional selanjutnya,” kata Rasman mengakhiri.(*/ADV/Dispora Kaltim/anr)