LINTASRAYA.COM, BONTANG — Di pagi yang cerah di kawasan Lindungan Lingkungan Perairan (LLP) Badak LNG, sebuah babak sejarah baru ditulis. Kapal tanker LNG Vivirt City, dengan kapasitas 158.000 meter kubik, perlahan meninggalkan dermaga membawa kargo gas alam cair menuju Filipina. Tapi ini bukan sekadar pengapalan biasa, hari ini menandai pengapalan ke-10.000 dalam sejarah operasional Badak LNG sejak pertama kali berlayar ke Jepang tahun 1977 silam.
Pengapalan ini menjadi penanda penting tak hanya bagi perusahaan, tapi juga bagi industri LNG Indonesia. Dalam seremoni yang berlangsung khidmat namun penuh kebanggaan, hadir jajaran manajemen Badak LNG, Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni, perwakilan SKK Migas, ENI Indonesia, Pertamina Hulu Indonesia, Pertamina JMG, Pertamina Trans Kontinental, Forkopimda Bontang, serta berbagai pemangku kepentingan lainnya.
Dalam sambutannya, Plt. Director & COO Badak LNG, Feri Sulistyo Nugroho, menekankan bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari dedikasi kolektif yang luar biasa.
“Pengapalan LNG ke-10.000 adalah bukti nyata komitmen Badak LNG dalam menghadirkan energi bagi dunia. Capaian ini tidak mungkin terwujud tanpa kerja keras insan LNG, mitra kerja, serta sinergi dengan para stakeholder yang terus mendukung operasional kami selama hampir lima dekade,” tegas Feri.
Lebih dari sekadar angka, menurut Feri, tonggak ini mencerminkan tiga hal penting: konsistensi operasional, prioritas keselamatan kerja, dan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. Dalam konteks industri LNG global yang penuh tantangan dan dinamika geopolitik, pencapaian Badak LNG adalah cermin ketahanan dan kemampuan adaptasi.
Tak hanya menandai sejarah, momen ini juga membuka lembaran baru. Badak LNG kini bersiap menyambut kebangkitan Train F, salah satu kilang LNG yang sebelumnya nonaktif. Proses reaktivasi tengah dilakukan sebagai respons atas penemuan cadangan gas baru di North Ganal oleh ENI Indonesia.
“Reaktivasi Train F adalah simbol optimisme. Ini adalah wujud keberlanjutan industri LNG Indonesia. Kami berharap, dengan dukungan semua pihak, Train F akan segera kembali beroperasi penuh dan memperkuat kapasitas ekspor nasional,” tambah Feri.
Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, menyampaikan rasa bangga atas peran Badak LNG bagi daerah.
“ni bukan sekadar pencapaian perusahaan, tetapi juga sebuah kontribusi signifikan terhadap keberlanjutan ekonomi Bontang. Kami berharap momentum ini membawa manfaat jangka panjang, terutama jika Train F kembali hidup,” ujar Neni yang hadir mengenakan batik khas Kalimantan Timur.
Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi, Azhari Idris, juga mengapresiasi pencapaian Badak LNG. Ia menyebut bahwa pengapalan ke-10.000 ini merupakan buah dari konsistensi luar biasa sejak pengapalan perdana 48 tahun lalu.
“Ini bukan hanya soal angka. Ini soal dedikasi, integritas, dan semangat menjaga energi negeri. Kami terus mendorong agar penemuan baru seperti di North Ganal menjadi titik terang keberlanjutan energi Indonesia,” ujar Azhari.
Ia menambahkan, potensi sumber daya migas di Indonesia, terutama dari kawasan timur, masih sangat besar dan menjadi magnet bagi investasi global. Maka, kolaborasi lintas sektor dalam eksplorasi, produksi, hingga distribusi energi sangat penting untuk memastikan pasokan energi jangka panjang yang andal dan berkelanjutan.
Sejak awal beroperasi tahun 1977 dengan pengapalan perdana oleh kapal LNG Aquarius menuju Senboku, Jepang, Badak LNG telah membangun reputasi internasional sebagai eksportir LNG yang aman, andal, dan berkelanjutan. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Tiongkok, India, dan Filipina menjadi pelanggan tetap, mencerminkan kepercayaan tinggi terhadap kualitas LNG dari Bontang.
Hari ini, dengan capaian pengapalan ke-10.000, Badak LNG tak hanya menorehkan sejarah, tetapi juga menunjukkan kesiapan menatap masa depan. Masa depan yang penuh tantangan, tapi juga penuh peluang untuk tetap menjadi pemain kunci dalam transisi energi global.(*/)
			














                                    