LINTASRAYA.COM, BALIKPAPAN — Puskesmas Gunung Bahagia terus memperkuat upaya percepatan penurunan stunting melalui inovasi Kebun Gizi, sebuah program pemberdayaan masyarakat yang menggabungkan ketahanan pangan, edukasi gizi, dan pembinaan keluarga rentan. Program ini berjalan di kawasan BBS dan melibatkan empat RT yang masuk kategori wilayah rawan stunting.
Kebun Gizi ini merupakan hasil kolaborasi Puskesmas Gunung Bahagia dengan CSR PLN, yang menyediakan dukungan dana untuk pemanfaatan lahan warga, pembelian bibit, hingga pendampingan kader.
Di lahan tersebut, warga menanam beragam sayuran, memelihara ikan, serta mengelola hasil panen untuk kebutuhan keluarga.
“Kita diberdayakan bersama masyarakat. Lahannya dipinjamkan warga, hasil tanamannya sudah beberapa kali dipanen, dan uang hasil panen juga kembali ke masyarakat untuk keberlanjutan kebun,” kata, Lalu Harwindi Silviana ,Amd.Gz
Selaku nutrisionis puskesmas Gunung Bahagia. Ia menjelaskan, Kebun Gizi menjadi titik kumpul pemberdayaan warga. Selain menanam, masyarakat juga mendapatkan edukasi pola makan sehat dan cara menyusun bahan pangan dari kebun agar sesuai kebutuhan gizi anak.
Lokasi kebun berada di sekitar perumahan BBS, dekat wilayah yang sebelumnya menjadi titik rawan stunting. Program ini melibatkan RT-RT yang memang memiliki angka risiko gizi buruk lebih tinggi, sehingga intervensi dilakukan secara terfokus.
Kader dan petugas gizi aktif turun ke lokasi, memantau perkembangan tanaman, serta mengarahkan warga mengenai pengolahan bahan pangan dari kebun. Hasil kebun sebagian digunakan untuk kegiatan intervensi gizi, sebagian lagi dijual untuk mendukung keberlanjutan program.
“Ini bukan hanya kebun biasa, tapi model pemberdayaan. Warga menanam, merawat, memanen, lalu menanam kembali dari bibit yang disiapkan. Jadi, perubahan perilaku konsumsi mulai tumbuh dari akar rumput,” ujarnya, saat ditemui di ruangannya, Senin (17/11/2025).
Berada di lokasi yang sama, Puskesmas juga mengaktifkan Dapur Gizi, tempat memasak dan memberikan makanan sehat bagi anak-anak yang masuk daftar risiko gizi buruk.
Dapur ini beroperasi dua kali seminggu, menyiapkan menu sehat dari bahan hasil kebun maupun dukungan program.
Anak-anak makan langsung di lokasi dapur gizi dan dilakukan penimbangan rutin untuk melihat perkembangan setiap minggu.
“Program ini akan berjalan hingga Desember, dan bisa diperpanjang jika mendapatkan dukungan dana. Selama ini juga pernah didukung IDI dan beberapa lembaga lain,” imbuhnya.(*/ADV/puskesmas Gunung Bahagia)















