LINTASRAYA.COM, BALIKPAPAN – Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) kembali mengalami deflasi pada Februari 2025.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Balikpapan mencatat deflasi sebesar 0,10% (mtm), sedangkan Kabupaten PPU mengalami deflasi lebih dalam, yakni 0,45% (mtm).
“Deflasi di Balikpapan didominasi oleh penurunan harga pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, dengan andil mencapai 2,92% (mtm),” kata kepala perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi.
Selain itu, kata dia, ada Lima komoditas utama yang mendorong deflasi adalah tarif listrik, daging ayam ras, kangkung, tomat, dan ikan bandeng.
Penurunan tarif listrik terjadi berkat kebijakan pemerintah yang memberikan diskon 50% bagi pelanggan dengan daya hingga 2.200 VA, yang berakhir pada Februari 2025.
Produksi daging ayam yang stabil, cuaca yang mendukung panen sayuran, serta hasil tangkapan ikan yang meningkat turut berkontribusi terhadap penurunan harga beberapa komoditas.
Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, mendorong inflasi di Balikpapan. Angkutan udara, emas perhiasan, minyak goreng, beras, dan cabai rawit menjadi penyumbang inflasi tertinggi.
“Kenaikan harga tiket pesawat dipicu oleh tingginya permintaan selama libur awal Ramadan, sementara harga minyak goreng dan beras naik akibat penyesuaian dari distributor,” tambahnya.
Sementara itu, Kabupaten PPU mencatat deflasi yang lebih besar, dengan kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebagai penyumbang utama sebesar 3,29% (mtm).
Lima komoditas yang mengalami penurunan harga tertinggi adalah tarif listrik, daging ayam ras, tomat, ikan kembung, dan cumi-cumi.
Sama seperti di Balikpapan, penurunan tarif listrik menjadi faktor utama. Produksi pertanian dan perikanan yang meningkat juga berperan dalam meredam tekanan inflasi di daerah ini.
Namun, beberapa komoditas tetap mengalami kenaikan harga, seperti semangka, ikan layang, kangkung, ikan tongkol, dan cabai rawit. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan menjelang Ramadan serta pasokan yang berkurang akibat curah hujan tinggi.
“Meskipun deflasi tercatat pada Februari 2025, Bank Indonesia mengingatkan bahwa potensi inflasi tetap harus diwaspadai. Menjelang Ramadan dan Idul Fitri, permintaan konsumsi diprediksi akan meningkat, terutama untuk bahan pangan seperti cabai merah dan cabai rawit, yang sudah menunjukkan indikasi kenaikan harga”, jelasnya.
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan, Kabupaten PPU, dan Kabupaten Paser akan terus mengawal stabilitas harga melalui langkah-langkah strategis, seperti:
1. Rapat koordinasi tingkat tinggi (high-level meeting) TPID untuk mengantisipasi lonjakan harga.
2. Memperkuat kerja sama antar daerah (KAD) dan meningkatkan efektivitas toko penyeimbang.
3. Menggelar pasar murah dan operasi pasar secara berkala untuk menjaga daya beli masyarakat.
4. Mendorong pemanfaatan lahan pekarangan guna meningkatkan produksi pangan lokal.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus bersinergi dengan berbagai pihak melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) guna menjaga inflasi tetap terkendali dalam rentang sasaran nasional sebesar 2,5% ± 1%.(*)















