LINTASRAYA.COM, BALIKPAPAN – Di tengah meningkatnya produksi sampah kota, pengelolaan berbasis ekonomi sirkular dinilai menjadi peluang baru bagi masyarakat. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan pun mendorong penguatan bank sampah di setiap kelurahan untuk mengoptimalkan pemilahan sejak dari sumber.
Meski hampir seluruh kelurahan telah memiliki 7 hingga 8 bank sampah, sistem pengelolaannya masih menghadapi tantangan, terutama terkait jejaring pemasaran dan penampung sampah terpilah. Hal ini membuat banyak bank sampah belum mampu berfungsi maksimal.
Anggota Komisi III DPRD Balikpapan, Wahyullah Bandung, menilai bank sampah sebenarnya memiliki potensi ekonomi besar jika digerakkan secara terstruktur. Namun, tanpa adanya kepastian penjemputan sampah dan stabilitas harga jual, masyarakat cenderung tidak konsisten menabung sampah.
“Bank sampah sudah ada, tetapi tidak semua mendapatkan kepastian kapan sampahnya diambil. Harga jualnya juga bisa berubah sewaktu-waktu sehingga masyarakat masih ragu,” ujarnya, Rabu (19/11).
Wahyullah menekankan bahwa penguatan bank sampah tidak cukup hanya pada sarana dan keberadaannya. Pola pengelolaannya harus ditingkatkan agar bank sampah mampu menciptakan nilai tambah, bahkan membuka peluang usaha baru bagi warga.
Ia mengungkapkan, banyak pihak memiliki potensi untuk ikut terlibat. Perusahaan BUMN, BUMD, hingga lembaga masyarakat dapat menjadi mitra strategis. Menurutnya, PLN pun memiliki program yang dapat disinergikan dengan sistem pengolahan sampah di tingkat kelurahan.
“Semua komponen bisa bersinergi. Jika pengelolaannya benar, sampah plastik saja bisa bernilai ekspor. Di luar negeri, seragam atlet olahraga pun sudah banyak dibuat dari hasil daur ulang plastik,” katanya.
Selain memberi manfaat ekonomi, peningkatan peran bank sampah juga menjadi langkah penting dalam mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Manggar. DPRD menargetkan hanya 30 persen sampah residu yang masuk ke TPA, sementara sisanya dapat dikelola dari hulu.
Dengan semakin sedikitnya residu yang masuk, peluang pemanfaatannya sebagai sumber energi pun terbuka melalui teknologi insinerator atau pembangkit listrik berbahan bakar sampah.
Wahyullah berharap seluruh stakeholder memberikan dukungan konkret terhadap pengembangan bank sampah. Menurutnya, persoalan sampah tidak hanya soal kebersihan lingkungan, tetapi juga menyangkut peluang ekonomi baru jika dikelola secara profesional dan berkelanjutan.
“Sampah bukan hanya persoalan beban kota. Kalau dikelola serius, ini bisa jadi sumber ekonomi untuk masyarakat,” tegasnya. (*/ADV/DPRD Balikpapan)














