LINTASRAYA.COM, TENGGARONG – Transformasi desa di era digital dan ekonomi dinamis tak lagi sekadar wacana. Desa Loh Sumber, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), membuktikannya dengan resmi menyandang status Desa Mandiri—predikat tertinggi dalam klasifikasi pembangunan desa menurut Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).
Lebih dari sekadar pencapaian administratif, status Desa Mandiri di Loh Sumber menjadi penanda bahwa desa mampu berevolusi menjadi entitas yang modern, produktif, dan inklusif, tanpa kehilangan jati dirinya.
Kepala Desa Loh Sumber, Sukirno, menegaskan bahwa perjalanan ini bukan sekadar hasil pembangunan fisik, melainkan hasil dari reformasi kelembagaan, inovasi sosial, dan strategi ekonomi yang menyentuh semua lapisan masyarakat.
“Dulu kita bicara desa itu selalu soal pembangunan jalan atau jembatan. Sekarang kami bicara digitalisasi layanan, pelatihan teknologi pertanian, dan penguatan BUMDes sebagai lembaga bisnis desa,” kata Sukirno, Kamis (10/4/2025).
Salah satu titik balik perubahan desa ini adalah kebangkitan BUMDes Sumber Purnama, yang kini menjadi lokomotif penggerak ekonomi lokal.
Sebelumnya mati suri, BUMDes ini direstrukturisasi secara manajerial dan diarahkan untuk menjadi lembaga yang profesional.
Hasilnya terlihat nyata: dari jasa penggilingan padi, penyedia pupuk, hingga pemasaran hasil pertanian, BUMDes kini berperan layaknya koperasi modern yang menjembatani produksi, distribusi, dan modal.
“Petani sekarang tidak takut lagi soal pasar. BUMDes hadir bukan sebagai penonton, tapi partner bisnis mereka,” tegas Sukirno.
Modernisasi di Loh Sumber tidak berhenti di level kelembagaan. UMKM dan kelompok tani juga dilatih untuk mengadopsi teknologi, mulai dari pemanfaatan media sosial untuk promosi produk, hingga pengenalan sistem pertanian organik dan efisien air.
Warga yang dulunya hanya menjual kedelai, kini mampu mengolahnya jadi tempe, dan lebih jauh—menjadi keripik tempe dalam kemasan rapi yang dijual secara daring.
“Loh Sumber tidak lagi menjadi desa yang menunggu bantuan. Kami produksi, kami kemas, kami pasarkan sendiri. Inilah wajah baru desa modern,” kata Sukirno.
Desa sebagai Subjek Inovasi dan Pelayanan
Status Desa Mandiri juga tak lepas dari perbaikan sistem pelayanan publik berbasis digital, seperti sistem informasi kependudukan berbasis website, pengaduan online, dan integrasi data desa. Warga kini lebih mudah mengakses layanan tanpa harus datang ke balai desa.
“Digitalisasi bukan berarti desa jadi kota, tapi desa menjadi lebih efisien, lebih transparan, dan lebih cepat melayani,” tambahnya.
Keberhasilan Loh Sumber menjadi Desa Mandiri menunjukkan bahwa dengan kepemimpinan visioner dan kolaborasi yang kuat, desa bisa menjadi laboratorium inovasi kebijakan.
Dari tata kelola keuangan yang transparan, hingga inisiatif pemberdayaan perempuan dan pemuda, semua disusun berdasarkan kebutuhan lokal yang nyata.
“Setiap desa bisa tumbuh, asalkan punya mimpi dan peta jalan. Kami di Loh Sumber sudah membuktikan itu,” ujar Sukirno.
Setelah status Desa Mandiri tercapai, Pemdes Loh Sumber berencana memperluas dampak lewat pembentukan klaster ekonomi kreatif, koperasi digital, dan replikasi model pengelolaan BUMDes ke desa sekitar.
Mereka juga aktif menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi dan pihak swasta untuk mendukung inovasi berkelanjutan.
“Ini bukan titik akhir. Ini justru permulaan. Kami ingin desa bukan sekadar tempat tinggal, tapi pusat peluang dan perubahan,” pungkas Sukirno.(*/ADV/diskominfo Kukar/tha)















