LINTASRAYA.COM, BALIKPAPAN — Puskesmas Gunung Bahagia mencatat peningkatan kasus gangguan jiwa pada kelompok usia muda dalam beberapa bulan terakhir.
Tahun ini, sudah tercatat 30 kasus ODGJ atau sekitar 42 persen, dan angka tersebut menunjukkan kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
Selain pasien dewasa, temuan baru juga muncul pada anak-anak dan remaja, termasuk satu siswa SD dan belasan siswa SMP yang menunjukkan gejala gangguan perilaku maupun emosional.
Penanggung jawab program kesehatan jiwa Puskesmas Gunung Bahagia, Nuriyah A.Md.Kep, menjelaskan bahwa sebagian besar kasus pada remaja dipicu faktor sosial, terutama bullying di lingkungan sekolah.
“Banyak remaja yang kami temukan mengalami gangguan karena dibully temannya. Mereka memberontak, mudah marah, atau menarik diri. Ini yang sekarang sering muncul,” ujar Nuriyah, saat diwawancarai, Selasa (18/11/2025).
Untuk mencegah kasus semakin meningkat, Puskesmas Gunung Bahagia kini melakukan skrining kesehatan jiwa langsung ke sekolah. Setiap siswa diminta mengisi daftar pertanyaan terkait kondisi emosional, tingkat kecemasan, pengalaman trauma, hingga potensi risiko kekerasan.
“Skrining ini penting agar kita bisa mendeteksi sejak dini. Anak-anak dan remaja sering kali tidak menyampaikan keluhan secara langsung, tapi gejalanya terlihat dari jawaban mereka,” jelas Nuriyah.
Menurutnya, penanganan pasien dilakukan secara bertahap sesuai tingkat keparahan. Jika ditemukan perilaku membahayakan, agresivitas, atau gejala berat lain, pasien akan segera diarahkan ke dokter spesialis jiwa.
“Kami bekerja sama dengan dokter. Kalau gejala berat dan pasien tidak bisa dikendalikan di rumah, kami rujuk ke RSJ Atma Husada Mahakam Samarinda,” terangnya.
Dalam upaya menjaga stabilitas pasien ODGJ, keluarga menjadi faktor penting. Kontrol minum obat dan pengawasan perilaku harus dilakukan secara konsisten.
“Kalau rutin obat, pasien bisa hidup normal. Yang bahaya kalau putus obat,” tegas Nuriyah.
Ia menambahkan bahwa suasana rumah yang aman, tenang, serta komunikasi keluarga yang baik dapat mencegah kekambuhan.
Melihat meningkatnya kasus pada remaja, Puskesmas Gunung Bahagia berkomitmen memperluas edukasi kesehatan jiwa di sekolah. Selain Skrining, tenaga kesehatan juga memberikan penyuluhan tentang perundungan, manajemen emosi, dan cara mencari pertolongan saat menghadapi tekanan psikologis.
“Kami akan terus memperluas Skrining dan edukasi di sekolah sebagai langkah pencegahan. Harapannya, anak-anak bisa ditangani sejak awal sebelum muncul gangguan yang lebih berat,” tutup Nuriyah.(*/ADV/puskesmas Gunung Bahagia)















