LINTASRAYA.COM, BALIKPAPAN — Kegiatan Kelas Ibu Hamil kembali digelar dengan materi lanjutan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Materi disampaikan oleh Yusinta Annisa Wati, S.Tr.Keb., Bdn., yang menegaskan pentingnya ibu hamil mengenali kondisi darurat yang membutuhkan pertolongan medis cepat.
Dalam penyampaiannya, Yusinta menuturkan bahwa kelas ibu hamil berisi lima materi utama. Pada pertemuan ini, fokus diberikan pada tanda bahaya kehamilan dan persalinan, mulai dari ketuban pecah dini, perdarahan sebelum waktunya, hingga penurunan gerak janin.
“Kalau air ketuban keluar sebelum waktunya, apalagi di usia 6–7 bulan, itu berbahaya dan harus segera diperiksakan. Risiko infeksinya tinggi, cairan ketuban bisa kering, dan janin dalam kondisi terancam,” terangnya, usai mengisi materi di posyandu RT 35 Gunung Bahagia.
Yusinta menambahkan bahwa perdarahan aktif sebelum waktu persalinan kerap berkaitan dengan masalah pada plasenta.
“Kalau posisi plasenta di bawah, ibu tidak boleh melahirkan normal. Ini harus dilakukan tindakan di rumah sakit,” jelasnya, Jumat (14/11/2025).
Gejala infeksi seperti air ketuban keruh atau berbau, serta demam juga tidak boleh diabaikan.
“Obat tidak bisa sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Lebih baik periksa dulu,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa anemia menjadi risiko tinggi pada ibu hamil karena kebutuhan gizi janin meningkat. HB rendah bisa berakibat pada kelelahan ekstrem hingga risiko komplikasi.
Pembengkakan di tangan, kaki, dan wajah juga menjadi tanda yang perlu diwaspadai karena berpotensi mengarah pada preeklampsia.
Selain masa kehamilan, Yusinta memaparkan beberapa kondisi gawat setelah persalinan, seperti perdarahan yang tidak berkurang, demam, atau bendungan ASI.
“Kalau ASI tidak dikeluarkan dan terjadi bendungan, bisa sampai harus dioperasi. Jadi tetap harus dibantu keluarnya meskipun ibu sedang stres atau baby blues,” ujarnya.
Sejumlah kasus seperti ketuban pecah dini dan perdarahan sebelum waktunya disebut cukup sering terjadi sehingga membutuhkan rujukan cepat ke fasilitas kesehatan.
Sebagian peserta merupakan ibu yang pernah mengikuti kelas serupa sehingga aktif bertanya.
“Ada yang baru pertama kali ikut, ada yang sudah pernah. Mereka cukup antusias berdiskusi,” kata Yusinta.
Kegiatan ini diharapkan dapat membantu para ibu hamil memahami tanda-tanda bahaya sehingga mampu mengambil tindakan awal dan mengurangi risiko komplikasi.(*/ADV/puskesmas Gunung Bahagia/san)















