LINTASRAYA.COM, BALIKPAPAN — Puskesmas Gunung Bahagia kembali melakukan pemeriksaan jentik dan abatisasi selektif dalam upaya meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah kelurahan.
Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap Februari, Mei, Agustus, dan November ini digelar bersama kader jumantik dan pengurus RT setempat.
Pada triwulan III 2025, ABJ Gunung Bahagia tercatat 91%, masih berada di bawah standar Kementerian Kesehatan yaitu minimal 95%.
“Harapan kami di triwulan IV ini ABJ bisa naik dan memenuhi standar nasional. Pemeriksaan jentik dan abatisasi selektif terus kami maksimalkan,” kata Galuh Wahyuni, A.Md.Kes, Tenaga Sanitasi Lingkungan Puskesmas Gunung Bahagia.
Hingga Oktober 2025, jumlah kasus DBD di Gunung Bahagia tercatat 30 kasus, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Sebagian besar pasien hanya suspek dan tidak ada kasus meninggal dunia.
Selain abatisasi, puskesmas juga membagikan kelambu air di beberapa RT yang tahun sebelumnya memiliki kasus DBD lebih tinggi. “Kelambu air ini efektif mencegah nyamuk masuk dan keluar dari penampungan air, dan masyarakat bisa membuatnya sendiri dari bahan sederhana,” jelas Galuh, Selasa (18/11/2025).
Kegiatan ini turut didampingi kader jumantik berpengalaman, Nur Alang, yang sudah menjalani tugas lebih dari dua dekade.
“Di RT 16 alhamdulillah belum pernah ada kasus DBD. Kami rutin memeriksa jentik dari rumah ke rumah. Kalau ada yang ditemukan jentik, langsung kami tindak dengan penaburan abate,” ungkap Nur Alang, di temui dirumahnya.
Ia menjelaskan bahwa hanya ada dua kader jumantik di RT 16, sehingga peran warga sangat penting.
“Kader kan tidak bisa setiap minggu keliling. Jentik itu cepat sekali berkembang. Jadi warga juga harus peduli rumah masing-masing, memantau jentik tiap minggu. Kalau menemukan jentik, bisa langsung melapor agar segera ditangani,” tambahnya.
Nur Alang juga menyinggung program 1 Rumah 1 Pengawas Jentik yang dicanangkan di seluruh puskesmas.
“Program itu bagus sekali, tapi memang belum berjalan maksimal. Masyarakat perlu lebih terlibat supaya pengawasan jentik bisa dilakukan lebih sering,” jelasnya.
Galuh Wahyuni menegaskan bahwa keberhasilan pengendalian DBD tidak hanya bergantung pada petugas, tetapi keterlibatan warga.
“Intervensi kami hanya membantu, tetapi kunci keberhasilan ada pada kebiasaan warga menjaga lingkungan. Jika ABJ meningkat, risiko DBD pasti turun,” tutupnya.(*/ADV/puskesmas Gunung Bahagia)















