
SAMARINDA, lintasraya.com – Tantangan pasokan listrik yang masih melingkupi sejumlah kawasan desa terpencil di Kalimantan Timur (Kaltim) mendorong pentingnya intervensi lebih serius dari pemerintah.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim, Ekti Imamuel, mengemukakan usulan konstruktif dengan merancang rencana ambisius, yaitu membangun 10 ribu titik sambungan listrik yang difokuskan pada desa-desa terpencil.
Ekti mengungkapkan bahwa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) telah merancang rencana untuk memasang 2 ribu sambungan listrik pada tahun 2024. Namun, menurutnya, angka tersebut masih terlalu minim dan tidak akan mampu mencakup seluruh desa terpencil di Kaltim.
“Meskipun ada rencana untuk 2.000 sambungan listrik pada tahun 2024, menurut saya, ini adalah langkah yang belum memadai,” ujar Ekti, Rabu (9/8/2023).
Dalam pandangan Ekti, upaya ini perlu didorong lebih jauh oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim, termasuk mempertimbangkan peningkatan alokasi anggaran. Dengan begitu, cakupan program ini bisa lebih maksimal dan mampu mengurangi kesenjangan dalam akses listrik.
“Efek dari program pemasangan listrik ini bisa sangat besar dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah terpencil di Kaltim,” sebutnya.
Selanjutnya, Ekti menegaskan bahwa akses listrik bukanlah kebutuhan masyarakat yang bisa diabaikan. Ini adalah hak dasar yang memberikan dampak luas dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ia mendesak agar Pemerintah Provinsi Kaltim memberikan perhatian yang lebih serius terhadap masalah ini.
Selaras dengan itu, Ekti memberikan apresiasi terhadap program Pemprov Kaltim terkait pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Baginya, program ini sangat relevan untuk desa-desa terpencil, terutama di wilayah yang tidak mudah dijangkau oleh jaringan listrik milik PT PLN (Perusahaan Listrik Negara).
“Melalui program PLTS, beberapa wilayah yang sulit terjangkau oleh jaringan PT PLN bisa tercover. Inilah langkah positif yang patut diapresiasi,” pungkasnya.(*/ADV/wan)















