BALIKPAPAN, lintasraya.com – Sejumlah faktor berpotensi memberikan tekanan inflasi di Kota Balikpapan ke depan. Salah satunya adalah penyakit mulut dan kuku atau PMK pada ternak sapi yang tengah mewabah di sejumlah daerah di Indonesia.
“Ke depan, faktor yang diperkirakan masih akan memberikan tekanan inflasi itu kenaikan harga daging sapi di tengah pembatasan pasokan dari Jawa. Dan penambahan waktu karantina sebagai antisipasi penyakit mulut dan kaki,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, R Bambang Setyo Pambudi, Jumat (3/6/2022).
Faktor lainnya adalah kenaikan harga telur ayam ras yang telah terjadi di daerah pemasok seperti Jawa dan Sulawesi.
Untuk itu, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan terus bersinergi dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, serta memperkuat koordinasi guna menjaga inflasi tetap rendah dan stabil.
“Selain itu himbauan belanja bijak kepada masyarakat senantiasa disampaikan sebagai bagian dari komunikasi yang efektif,” ungkapnya.
Diketahui, pada bulan Mei 2022 ini Kota Balikpapan mengalami inflasi sebesar 0,52 persen. Lebih tinggi dibandingkan bulan April 2022 yaitu sebesar 1,33 persen.
Sementara secara tahunan, inflasi IHK Kota Balikpapan tercatat sebesar 4,87 persen atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional 3,55 persen dan dibandingkan Kalimantan Timur 4,27 persen.
“Inflasi tahunan Kota Balikpapan tersebut berada di atas rentang target inflasi tahun 2022 sebesar 3,0 persen,” tutur Bambang Setyo.
Inflasi pada Mei ini disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok makanan minuman dan tembakau yang memberikan andil 0,29 persen. Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan harga daging ayam ras di tengah menurunnya pasokan paska libur lebaran.
Selain itu inflasi juga didorong oleh kenaikan harga tomat di tengah menurunnya pasokan dari daerah sentra akibat curah hujan yang tinggi. Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas sayuran lainnya seperti daun bawang, kangkung dan kacang panjang.
“Kemudian, inflasi juga didorong oleh kelompok transportasi dengan andil 0,12 persen. Didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara terutama saat periode arus balik lebaran di awal Mei,” ucapnya.
Inflasi juga terjadi pada kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga yang didorong oleh kenaikan harga semen akibat meningkatnya harga batu bara dunia.
“Di sisi lain, beberapa komoditas makanan mengalami deflasi antara lain cabai rawit, bawang merah, sawi hijau dan bawang bombay di tengah pasokan yang masih memadai,” tandasnya. (frd)















