LINTASRAYA.COM, BALIKPAPAN — Dalam upaya mengatasi masalah stunting yang meningkat di Kota Balikpapan, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan semakin gencar melaksanakan program pendampingan dan pemberian makanan tambahan kepada keluarga-keluarga yang membutuhkan.
Berdasarkan data terbaru, angka stunting di Balikpapan meningkat dari 19,6 persen menjadi 21,6 persen, sebuah peningkatan sebesar 2 persen yang mengkhawatirkan.
Kepala DKK Balikpapan, Alwiati, menegaskan bahwa peningkatan ini memerlukan respons cepat dan strategis dari semua pihak terkait. “Kami saat ini berfokus pada program pendampingan dan pemberian makanan tambahan sebagai salah satu upaya utama untuk menurunkan angka stunting.
Program ini dirancang untuk memastikan bahwa keluarga-keluarga, terutama yang memiliki anak-anak di bawah usia lima tahun, mendapatkan dukungan nutrisi yang memadai,” jelas Alwiati, Senin (26/08/2024).
Alwiati juga menyoroti pentingnya meningkatkan status gizi ibu hamil dan menyusui sebagai langkah kunci dalam mencegah stunting. “Kami berupaya untuk memastikan bahwa ibu hamil dan menyusui mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dan berkualitas, serta mendorong pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi,” tambahnya.
Namun, tantangan yang dihadapi cukup besar, terutama karena banyaknya ibu bekerja di Balikpapan yang kesulitan memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. “Kebanyakan ibu di Balikpapan bekerja, sehingga ada tantangan dalam memberikan ASI eksklusif. Meski begitu, kami terus mendorong agar para ibu tetap bisa memberikan ASI eksklusif setidaknya hingga bayi berusia enam bulan,” lanjut Alwiati.
Selain masalah pemberian ASI, Alwiati mengungkapkan bahwa pola asuh yang kurang tepat juga menjadi faktor penyebab stunting. “Misalnya, banyak orang tua yang memberikan makanan tambahan terlalu dini pada bayi, atau memberikan makanan tambahan yang tidak memenuhi kebutuhan protein dan gizi yang cukup,” ungkapnya. Ia juga menekankan bahwa banyak ibu hamil enggan mengonsumsi tablet tambah darah, yang penting untuk mencegah anemia dan mendukung perkembangan janin.
Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat, Alwiati mendorong warga Balikpapan untuk lebih aktif berkunjung ke Posyandu. “Kunjungan ke Posyandu di Balikpapan masih relatif rendah, padahal di sana para ibu bisa mendapatkan penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, dan pemantauan gizi yang sangat penting untuk perkembangan anak,” katanya.
Alwiati juga mengajak seluruh pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, untuk bekerja sama dalam menanggulangi masalah stunting ini. “Perlu ada kesadaran kolektif dan kemitraan yang kuat untuk menangani masalah ini secara efektif. Kami berharap semua elemen masyarakat terlibat aktif dalam program ini, sehingga angka stunting dapat ditekan dan kualitas hidup anak-anak di Balikpapan dapat ditingkatkan,” tutupnya.(*/ADV/ko)