LINTASRAYA.COM, BALIKPAPAN – Dalam upaya mempercepat transisi energi baru terbarukan, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) memulai proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap berkapasitas 2,5 MWp di Kilang Balikpapan.
Pembangunan ini akan menjadikan PLTS tersebut sebagai yang terbesar di area operasi Pertamina, dan berperan penting dalam pencapaian target Net Zero Emission 2060.
Direktur Proyek & Operasi Pertamina NRE, Norman Ginting, menyampaikan optimisme dan dukungan terhadap proyek ini. “Kerja sama ini merupakan bukti nyata dari komitmen Pertamina dalam mendukung penurunan emisi di lingkungan operasi. Proyek PLTS di Kilang Balikpapan akan menjadi yang terbesar yang pernah kami bangun, menunjukkan keseriusan kami dalam mendukung energi terbarukan,” ujarnya saat acara seremoni dimulainya pembangunan (construction commencement ceremony).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Operasi PT KPI, Didik Bahagia, menekankan bahwa pembangunan PLTS ini menjadi langkah konkret dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, serta optimalisasi biaya dan operasional perusahaan. “Seremoni PLTS ini adalah milestone penting bagi KPI dan komitmen Pertamina dalam penurunan emisi karbon. Diharapkan, PLTS atap ini akan membantu menurunkan emisi tahunan hingga 2.736 ton setara CO2. Dengan penambahan PLTS ini, kapasitas terpasang PLTS di seluruh area kilang KPI akan mencapai 12,37 MWp,” ujarnya.
PLTS tersebut akan dipasang di beberapa area utama di Kilang Balikpapan, seperti di atap gedung HSSE, warehouse, dan gedung workshop. Sebelumnya, Pertamina telah memasang PLTS di area kilangnya di Dumai, Balongan, Cilacap, dan Plaju dengan total kapasitas 9,87 MWp. Dengan proyek terbaru ini, KPI dapat mengurangi emisi karbon hingga 12.722 ton setara CO2 per tahun di seluruh fasilitas kilangnya.
Komitmen Berkelanjutan dan Peningkatan Operasional
Didik Bahagia juga menyampaikan apresiasi atas peningkatan efisiensi operasional di KPI, khususnya dalam mengoptimalkan biaya. “Operasional kami semakin efisien. Selesainya program Revamp memberi sinyal positif, dan kami akan menjaga agar operasional tetap stabil hingga akhir tahun. Pada 2025, kami berharap dapat menyelesaikan proyek RFCC (Resid Fluid Catalytic Cracking) untuk meningkatkan kapasitas produksi,” jelas Didik. Proyek RFCC sendiri bertujuan untuk memaksimalkan output dan nilai produk yang dihasilkan dari proses pengolahan di kilang.
Sebagai bagian dari proyek strategis ini, Pertamina juga menyediakan aplikasi Mantis untuk memperluas akses masyarakat dalam layanan keuangan yang mudah dan mendukung digitalisasi perusahaan. Aplikasi ini memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi sebagai mitra agen, membantu menumbuhkan ekonomi lokal, dan memberikan peluang bagi masyarakat untuk memperoleh penghasilan tambahan.
Dengan adanya proyek PLTS atap ini, Pertamina berharap dapat menciptakan simbiosis mutualisme yang mendukung seluruh operasional perusahaan dan berkontribusi dalam mewujudkan tujuan lingkungan yang lebih berkelanjutan di Indonesia.(*/ADV/wan)